Presiden Tegaskan Kerja Sama Antar Negara Sangat Dibutuhkan Saat Ini

Jakarta, BeitaJuara.id-Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa kerja sama dan solidaritas antar negara saat ini sangat dibutuhkan di tengah melonjaknya jumlah pasien dan meningkatnya angka kematian akibat Covid-19.
Penegasan itu disampaikan Presiden Joko Widdodo saat memberikan pandangannya terkait SDGs pada Forum Tingkat Tinggi Dewan Ekonomi Sosial PBB (ECOSOC) secara virtual pada Selasa (13/7/2021). “Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia saat ini telah membuat target pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) pada tahun 2030 menjadi lebih sulit dicapai. Bahkan, berbagai kemajuan yang telah dicapai selama ini turut tergerus akibat pandemi tersebut,” ujar Presiden.
Saat ini, kata Presiden, terdapat sedikitnya 255 juta orang kehilangan pekerjaan, 110 juta orang kembali ke jurang kemiskinan dan 83-132 juta orang terancam kelaparan dan mengalami malnutrisi. Dalam situasi sulit seperti ini, lanjutnya, kerja sama dan solidaritas antar negara harus terus diperkuat dan inovasi harus ditingkatkan.
Menghadapi situasi sulit akibat pandemic Covid-19 ini, Presiden menyampaikan empat pemikiran dalam Forum ECOSOC tersebut. “Pertama, kita harus membuat dunia untuk segera pulih dari pandemi. Vaksin adalah harapan untuk mempercepat dunia keluar dari krisis kesehatan ini,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, agar segera pulih dar pandemic maka akses yang adil dan merata terhadap vaksin harus dijamin. Tetapi sampai saat ini, lanjutnya, kesenjangan akses vaksin masih sangat lebar. Untuk itu, Indonesia mendorong agar kesetaraan akses vaksin bagi seluruh negara segera direalisasikan termasuk melalui mekanisme berbagi dosis lewat Covax Facilities.
“Pemenuhan kebutuhan pendanaan vaksin multilateral, peningkatan produksi vaksin global termasuk melalui TRIPS Waiver, penguatan global supply chain vaksin termasuk menghilangkan hambatan ekspor dan hambatan bahan baku vaksin, dan peningkatan diversifikasi dan volume produksi vaksin termasuk di negara berkembang,” jelasnya.
Kedua, Presiden memandang perlu peningkatan perhatian dan bantuan kepada kelompok rentan akibat melambatnya kegiatan perekonomian. Menurutnya, semua lapisan masyarakat terdampak akibat pandemi, terutama bagi kelompok rentan. Untuk itu, jaminan dan perlindungan sosial merupakan bagian penting upaya pemulihan dari pandemi.“Di Indonesia, kami telah alokasikan USD28,5 miliar untuk bantuan sosial. Tidak kurang dari 9,8 juta unit usaha mikro telah menerima bantuan keberlanjutan usaha,” ujarnya.
Ketiga, Presiden menilai bahwa ekonomi dunia harus pulih secara bersama-sama. Beberapa negara di dunia, lanjutnya, telah mencatat pertumbuhan positif, namun hal itu hanya akan bermanfaat jika terjadi secara bersamaan. Menurutnya, roda perekonomian dunia harus mulai bergerak bersama tanpa mengorbankan aspek kesehatan.
“Percepatan pemulihan ekonomi harus dilakukan dengan tetap mengutamakan kesehatan serta pembangunan berkelanjutan. Ke depan, kita harus mendorong investasi dalam pemulihan yang berketahanan, berkeadilan, dan hijau, a resilient, just, and green recovery. Dukungan negara maju dalam transisi ekonomi hijau di negara berkembang harus diperkuat. Pembangunan yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan pro-poor harus menjadi landasan,” paparnya.
Keempat, Presiden menegaskan bahwa kemitraan global harus diperkuat. Dalam situasi saat ini, lanjutnya, komitmen kemitraan harus dipertebal. Prinsip “no one left behind” harus diwujudkan dalam bentuk nyata. Ia juga mendorong agar semua negara berkomitmen untuk menghindari “me first policy“.
“Mari kita bangun kepercayaan dan solidaritas untuk mencapai tujuan bersama. Semangat ini juga akan dibawa oleh Indonesia pada presidensi G20 Indonesia tahun depan dengan tema Recover Together, Recover Stronger. Di sini akan mengedepankan semangat kepemimpinan kolektif global untuk pemulihan dari pandemi dan pertumbuhan dunia yang inklusif,” ungkapnya. (kris)