3 Minggu Medatang, Jumlah Pasien Covid-19 Diprediksi Menurun

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito

Jakarta, BeritaJuara.id- Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid 19, Prof. Wiku Adisasmito, mengatakan jumlah pasien Covid-19 diperkirakan menurun dalam 3 minggu mendatang.

Prof. Wiku Adisasmito mengungkapkan hal ini secara daring dalam  keterangan  Perkembangan Penanganan COVID-19 dan PPKM Darurat di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (15/7/2021). “Berkaca dari pengalaman pertama, maka penurunan paling cepat diprediksi baru dapat terlihat dalam 3 minggu kedepan,” ujar Wiku.

Wiku mengatakan perkembangan penanganan pandemi COVID-19 di tanah air menghadapi gelombang lonjakan kasus kedua ( second wave ). Pemerintah, lanjutnya, terus berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi tingginya kenaikan kasus dalam beberapa minggu terakhir dan mencegah lonjakan kembali di kemudian hari dengan melakukan berbagai intervensi.

Menurut Wiku, pemerintah belajar dari pengalaman penanganan pada lonjakan kasus pertama agar lonjakan kasus kedua dapat segera berakhir. Diharapkan dengan intervensi yang diambil seperti PPKM Darurat, lanjutnya, diharapkan, berdampak besar menurunkan jumlah kasus.

Dalam menurunkan penambahan jumlah kasus, kata Wiku, harusnya bisa terjadi. Karena pada saat ini, lanjutnya, kondisi sarana dan prasarana penanganan COVID-19 sudah lebih baik dari saat terjadinya lonjakan pertama. “Kondisi saat ini, lonjakan kasus sudah terjadi di minggu ke-9 dan intervensi kebijakan pengetatan dimulai lebih awal yakni pada minggu ke-8 seperti PPKM Darurat,” terangnya.

Berdasarkan hasil evaluasi terkait PPKM Darurat selama 1 minggu, kata Wiku, sudah terlihat terjadi penurunan mobilitas ke tempat kerja, tempat umum, tempat wisata dan stasiun. Namun, penurunan mobilitas ini belum cukup menurunkan angka kasus yang saat ini telah melebih angka diatas 50 ribu kasus per hari. 

Berdasarkan pengalaman pertama, kata Wiku, maka penurunan paling cepat diprediksi baru dapat terlihat dalam 3 minggu kedepan. Saat ini, dengan kapasitas dan jumlah laboratorium yang semakin meningkat sebanyak 742 laboratorium dengan capaian melebihi 300% dari standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Juga didukung dengan kapasitas tempat tidur sekitar 120 ribu tempat tidur isolasi dan ICU serta 7.930 tempat tidur di RS COVID-19.

Melihat kondisi dukungan sarananya, kata Wiku, ada 45 ribu tempat tidur di ruang isolasi dan ICU rumah sakit rujukan COVID-19 dan 2.700 tempat tidur di RS Wisma Atlet Kemayoran Jakarta. Jumlah laboratorium yang beroperasi berjumlah 223 laboratorium dengan kapasitas pemeriksaan sekitar 70% dari standar WHO.

Karenanya, saat ini Pemerintah terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memantau kapasitas tempat tidur di rumah sakit wilayah masing. “Rumah sakit harus melakukan konversi tempat tidur untuk pelayanan pasien COVID-19. Dan apabila konversi sudah melebihi 40% tempat tidur maka perlu segera dibuka rumah sakit atau rumah sakit lapangan khusus COVID-19,” ujarnya.

Wiku menambahkan penambahan tempat isolasi terpusat juga perlu menjadi fokus utama untuk menurunkan beban rumah sakit. Dengan skenario apabila peningkatan kasus mencapai 30%, lanjutnya, maka perlu penambahan sekitar 9 ribu tempat tidur isolasi dan 6 ribu tempat tidur ICU.

Penambahan tenaga kesehatan, kata Wiku,  juga menjadi fokus perbaikan penanganan yang dilakukan pemerintah. Kebutuhan ini, lanjutnya, akan diisi mahasiswa tingkat akhir dan perawat yang belum melewati ujian kompetensi. “Mereka membantu penanganan COVID-19 dengan supervisi dari perawat senior. Sementara, penambahan dokter akan diambil dari dokter yang telah menyelesaikan masa studi internship,” jelasnya.

Peningkatan ketersediaan sumber daya penunjang seperti oksigen dan obat-obatan, kata Wiku, juga akan dilakukan oleh seluruh unsur kementerian/lembaga dan TNI/Polri dalam pengadaan dan distribusinya mengacu estimasi kebutuhan per provinsi.

“Tentunya intervensi yang dilakukan ini akan sulit terlihat dampaknya dalam penurunan kasus apabila masyarakat tidak turut serta untuk menekan penularan,” tegas Wiku. (kris)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *